Monday, October 30, 2006

Ahli dalam segala bidang, kecuali pada Tupoksi-nya

Bapak Syahrul, Ka.Pusinov (Kepala Pusat Inovasi) LIPI:
"Tipikal orang-orang kita, (ingin) ahli dalam semua bidang, kecuali tugas dan fungsi pokoknya"

Pernyataan tersebut ada banyak benarnya. Anda akan banyak temui di tempat-tempat ngobrol, mangkal para "ahli" kita tersebut. Maka semua hal akan bisa diobrolkan, kecuali kalau sudah menjurus kepada "core competence" pembicara. Bila sudah pada tema tersebut, maka perkataannya menjadi sulit dimengerti, bahasa alien pasti banyak keluar. Slogan "kalo bisa dipersulit kenapa musti dipermudah", ternyata tidak saja menjangkiti kalangan birokrat dan layanan masyarakat saja, tetapi sudah mendarah daging sampai ke ujung lidah kita.

Semakin mudah penjelasan seseorang untuk hal-hal yang sulit, itu menunjukkan kepahamannya yang mendalam. Ia dapat menggambarkan tema tersebut seseuai dengan latar belakang, pemikiran dan budaya pendengarnya. Kepahamannya tidak saja mengenai tema yang dibicarakan, tetapi juga kepahamannya tentang pendengarnya.

Kita cenderung menjadi generalis, dan takut menjadi spesialis. Karena memang semakin spesifik bidang kita, maka semakin sempit pasar kita. Tetapi jangan lupa, semakin mahal harga kita :-)


Ahli yang tidak Ahli

Pernah tidak menghadiri suatu seminar, dimana kita tidak mengerti apa yang disampaikan oleh pembicara?
Bukan berarti pembicara tidak kompeten dibidang itu (meskipun itu juga sebab), tetapi lebih kepada tidak mampunya pembicara membahasakan apa yang ia ingin sampaikan kepada pendengar.

"mengapa suatu presentasi tidak komunikatif terhadap pendengar?"

Masalah ini sebenarnya adalah masalah klasik, dimana seorang ahli kesulitan untuk membagi pengetahuannya kepada awam.
Sebab pertama adalah, para ahli belum dapat mengungkapkan tema pembicaraan itu sesuai dengan kapasitas pengetahuan para awam, yaitu belum dapat "membahasakan" tema tersebut dalam bahasa awam.
Kenapa hal ini terjadi, padahal awalnya ahli juga awam terhadap tema tersebut. Seorang ahli pastilah mengalami masa-masa dimana ia berjuang keras mencoba mengerti tema tersebut. Nah, permasalahannya ... saat ia menjadi ahli, beberapa "sejarah" dalam otaknya/benaknya tentang masa-masa awal itu telah hilang, tergantikan dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang ia dapatkan.
Intinya, ia kehilangan sejarah "detail rantai information gap" yang menjembatani antara pengetahuan ahli dg pengetahuan awam. Ia hanya dapat mengetahui secara global rantai information gap yang dimaksud.

Ibarat orang naik gunung asing baginya, maka saat ia mencapai puncak, ia dapat saja memberitahu rekannya (yang masih dibawah) "secara global" bagaimana cara mencapai puncak. Tetapi tentu saja detail-detail ada berapa semak-semak atau duri-duri jalanan yang harus dihindari kapan dan dimana .... tidak dapat dijelaskan ... karena ia lupa.

Hal ini sering kali terjadi pada kita. Kita seringkali mengalami kesulitan menjelaskan sesuatu kepada orang awam. Bukan berarti kita tidak mengetahui masalahnya (meskipun pemahaman yang kurang mendalam juga menjadi sebab lain :-). Karena pada saat kita ngobrol dengan sesama ahli, obrolan terasa gurih dan nikmat, yang itu artinya kita nggak ketinggalan banget, masih nyambung.

Nah bagaimana solusinya?

Pertama, sering-sering mengajarkannya/mengungkapkannya kepada orang awam. Maka "jam terbang" akan meningkatkan kemampuan kita membahasakan suatu tema rumit menjadi mudah. Sebab semakin sering kita melakukan itu, pada dasarnya semakin sering pula kita "mencoba menemukan kembali detail rantai informasi gap" yang telah kita lalui, sehingga kita menjadi ahli seperti sekarang ini.
Oleh karena itu, salah seorang presenter/guru/penulis (saya lupa namanya) pernah memberikan tips bahwa kita harus senantiasa belajar menjelaskannya kepada anak kecil.

Solusi kedua adalah mencoba mendalami lebih dalam lagi fenomena/ilmu tersebut sehingga kita dapat memodelkannya dengan sangat sederhana.
Dari beberapa penelitian, seorang programmer senior lebih berfikir abstrak, dan programmer yunior lebih berfikir konkret atau di level syntax. Begitu pula di bidang-bidang lain. Ahli lebih filosofis/abstrak, awam lebih pragmatis/konkret.
Oleh karenanya, penjelasan seorang begawan sering kali mudah, singkat tetapi mencakup seluruh makna yang dimaksud. Sedangkan penjelasan seorang pemula seringkali bertele-tele, karena ia belum dapat menemukan "intisari" dari apa yang harus ia jelaskan.