Wednesday, October 29, 2008

Indonesiaku Besar Sekali

Kita (orang Indonesia) ditakdirkan hidup di negeri Indonesia ini. Negeri yang sekarang ditakdirkan menjadi negeri terbesar ke-4 di muka bumi dan negeri terbesar di dunia Islam saat ini. Apabila jumlah penduduknya digabungkan semuanya, total jumlah penduduk di Indonesia ini sama dengan jumlah total penduduk dari 22 negara Arab. Apabila luas wilayahnya kita jelajahi dengan pesawat terbang dari Sabang sampai Merauke, itu sama dengan luas wilayah ketika kita terbang dari Jakarta ke Jeddah. Atau dari London ke Moskow. Negeri ini diberikan oleh Allah SWT kekayaan yang melimpah ruah. Semua jenis kekayaan yang kita perlukan untuk membangun sebuah peradaban sudah ada di negeri ini. Satu-satunya karunia yang belum pernah diberikan ke negeri ini adalah karunia kepemimpinan yang bisa menggunakan seluruh potensi untuk membangun sebuah peradaban Indonesia.

Saudaraku sekalian,
Negeri sebesar Indonesia ini, bukan hanya membutuhkan orang besar, tetapi juga membutuhkan otak besar untuk mengaturnya. Kalau kita datang tidak dengan otak besar seperti itu, niscaya kita tidak akan bisa mengatur negeri ini. Otak besar itu memiliki ide-ide besar. Ruang visibilitynya besar. Sebereapa besar ruang kemungkinan itu tergantung kepada seberapa besar ide-ide kita. Kalau kita itu ide-ide-nya kecil, maka besaran tindakan kita juga kecil. Namun kalau kita punya ide-ide besar, maka besaran tindakan kita juga besar.

Sebuah bangsa atau sebuah komunitas, akan menjadi besar, jika dia pada dasarnya mempunyai ide-ide besar. Coba lihat kenapa Imam Hasan Al-Banna itu dakwahnya tidak mati-mati walaupun dia sudah mati. Karena ruang visibility dari dakwahnya itu sangat luas. Yang tujuan akhirnya tidak akan tercapai oleh harakah dakwah di Mesir. Karena tujuannya akhirnya adalah ustadziyatul 'alam, soko guru dunia.

Begitu kita menetapkan satu tujuan akhir yang sangat besar seperti itu, maka kita menerapkan ruang visibility, ruang kemungkinan yang harus lebih besar. Oleh karenanya derivasinya adalah alwajibatu aktsaru minal auqat, kewajiban itu lebih banyak dari waktu (yang tersedia). Tiba-tiba stok waktu kita tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas besar seperti itu. Dala suatu waktu tiba-tiba kita bertemu dengan kaidah umru dakwati athwalu min a'malina, umur dakwah itu lebih panjang daripada umur-umur kita semuanya, karena ruang visibility-nya tadi.