Tuesday, July 12, 2005

Syaikhut Tarbiyah dalam Asasiyat Tarbawi

"Para aktifis anak bangsa harus diimunisasi dari putus asa dan apatisme yang membuat mereka jadi kebal dan akhirnya menikmati kepurukan yang bagai meluncur ke jurang. Protes jadi nyanyian duka yang parau dan liriknya jadi mantra-mantra yang kehilangan tuah"
(Rahmat Abdullah, "Zu Qou Ghu", kolom Asasiyat, Tarbawi, 62)

Itulah yang harus kita tumbuhkan dalam diri kita. Selanjutnya ia akan semakin mantap bila terus dijaga dalam bingkai istiqomah (tetap teguh dalam pendirian).

Tentang istiqomah, ust. Rahmat mengatakan, "Ia dalah gerak yang tak kenal henti. Ia adalah keteguhan yang tak kenal menyerah,. Ia adalah bukti kejujuran pengakuan siapa pun yang mengaku bertuhan Allah."
("Istirahat", kolom Asasiyat, Tarbawi, 52)

Istiqomah yang dimaksud adalah istiqomah dengan petujuk Al-Quran dan As-Sunnah.
Dan memang begitulah seorang pejuang mukmin sejati mesti menata langkah-langkah hidupnya, dengan prinsip bertumbuh sepanjang hayatnya. Dengan itu kepekaan terasah, tujuan akhir terpelihara, dan godaan-godaan tengah jalan bisa ditepis.

"Janganlah lihat hidup dari fenomena-fenomena, lihatlah dari hakekat. Kecuali keresahan hati dan kekakuan sikap yang tak pandai kau cairkan, selebihnya adalah senandung nasib yang kau boleh rintihkan bagi zaman sesudahmu atau jadikan itu sebagai khazanah doa yangakan kau panen di hari esok."
(Rahmat Abdullah, "Cucu Musholla", kolom Asasiyat, Tarbawi, 63)

"Mengejar ketertinggalan, sudh waktunya redaksi semacam ini dihapuskan selama-lamanya. Sangat melelahkan mengejar ketertinggalan yang tak pernah punya toleransi menunggu. Mengapa harus dikejar, kalau bisa dicegat sebelum datang? Atau diidentifikasi apakah sesuatu itu benar-benar ketertinggalan? Generasi awal dididik untuk tidak pernah merasa tertinggal, walaupun berbagai sumber daya penopang sistem kufur telah begitu kokoh. Kejelasan visi, kepastian langkah, keikhlasan pemimpin, ketaatan kader, dan kesungguhan berkorban semua pihak telah membuat kejutan-kejutan yang menyebabkan musuh merasa terkejar dan tertinggal."
(Rahmat Abdullah, "Desah-desak kapan pertolongan Allah", Asasiyat Tarbawi, 47)

"Biarlah harapan tetap tersisa pada berkah agung yang jerih payahnya selalu tertebus dengan kejayaan. Jangan lagi si jahil (bodoh) mengalamatkan seluruh bencana ini kepada risalahnya dan mengadreskan seluruh kedamaian pada lawan-lawannya. Mungkin ini harapan sederhana seorang fanatikus yang sangat mendalam sangka baiknya kepada keadilan-Nya, karena jalan masih selalu terbentang"
(Rahmat Abdullah, "Ummatku", kolom Asasiyat, Tarbawi, 60)

2 comments:

Anonymous said...

Your site is on top of my favourites - Great work I like it.
»

Anonymous said...

Hey what a great site keep up the work its excellent.
»